62 Hacker

 

Dengan munculnya film WarGames, hingga penuntutan dan bunuh diri baru-baru ini terhadap aktivis dan pembuat kode kebebasan fakta, Aaron Swartz, peretas dan peretasan telah muncul sebagai bagian dari bahasa, imajinasi, dan panorama budaya kita. Dengan permulaan mereka pada 1950-an hingga saat ini, konsepsi kolektif kami tentang peretas telah lama berlalu dari pahlawan ke anti-pahlawan; dari orang iseng politik hingga remaja pemberontak, hingga otak kriminal untuk merusak tatanan sosial.

Tertanam dalam pola dasar 62 hacker penipu ini juga ketakutan bawah sadar kita dan koneksi ambigu ke teknologi. Karena hubungan langsung dengan teknologi, peretasan dan budaya peretas secara khusus menggambarkan kecemburuan kita terhadap era, dan listrik dan kontrolnya. Hal ini terjadi karena generasi tidak hanya tentang fisik mesin; itu juga tentang pacaran kita dengan mereka.

Jika kita melihat bahasa komputer itu sendiri, sangat jelas bahwa ide pacaran dibangun sejak awal. Dalam satu contoh, struktur mainframe dan UNIX yang kuat yang ada sebelum PC disebut sebagai host. Setelah jabat tangan koneksi komunitas, jika diizinkan, orang baru dapat masuk sebagai tamu. Pacaran ini juga bertumpu pada asumsi bahwa era pada dasarnya merugikan dan bahwa mengatasi generasi membutuhkan pemahaman dan kontrol. Ketika kita berkomunikasi tentang sistem komputer untuk menyenangkan pengguna, ada asumsi implisit bahwa itu adalah pengecualian-bahwa ada beberapa bentuk modifikasi untuk menggantikan sifat liar kritis binatang itu.

Kami memiliki jendela rumah, program wizard, dan aplikasi yang menjaga kami dari kompleksitas yang mendasari kode biner satu dan nol. Lapisan-lapisan yang dapat dicapai ini yang menjauhkan konsumen dari jeroan mesin yang membingungkan ini melindungi kita dari cara kerja yang mungkin lepas. Kebingungan dan kurangnya pemahaman inilah yang membuat peretas, melalui rekayasa sosial, dapat berkompromi, dan dapat memanfaatkan kendali teknologi. Sebagai orang yang memiliki informasi, ahli pemrograman tidak hanya merekayasa zaman, tetapi yang paling efektif mampu mengatur, dan untuk alasan ini hack. Oleh karena itu, peretas pola dasar sekarang tidak lagi menjadi pembuat dan penjaga monster yang paling efektif, tetapi juga dianggap sebagai monster.

Ditambah dengan campuran hubungan kami dengan teknologi, kami telah lama melewati budaya berbagi studi dan ide secara terbuka, ke tradisi komoditas statistik untuk pendapatan. Agar mampu menjual informasi, diperlukan perlindungan seperti halnya seseorang melakukan rahasia—di balik pintu yang terkunci dengan aman. Peretas generasi pertama dianggap sebagai jenius komputer yang kemudian membentuk organisasi rintisan, setelah itu kelompok besar yang mencakup Apple dan Microsoft. Mereka juga merupakan era yang sama yang mendasari gerakan open-source. Namun, peretas teknologi kedua, anak-anak mereka, tumbuh dengan PC di rumah dan sekolah mereka.

Jika kita mengingat pemerintah dan organisasi kita sebagai lembaga Senex (manusia antik), peretas teknologi utama merupakan reputasi quo, perlindungan antik yang ditentang oleh teknologi kedua Puer aeternus (anak laki-laki abadi). Gaya hidup anak laki-laki ini menggunakan penguasaan dari generasi ke generasi untuk mendefinisikan kemandirian mereka dan untuk menghadapi otoritas seseorang. Tidak luar biasa, setiap teknologi mengatur siklus untuk yang berikutnya.

Bukan kebetulan bahwa kita bahasa dan melakukan kontak dengan aplikasi program perangkat lunak wizard untuk membantu kita dengan alkimia komputer kita. Karena hubungan kita dengan generasi dan jarak kita dari cara kerja bagian dalamnya, prosesnya yang tak terduga dapat menangani kesenangan ajaib bagi yang belum tahu. Karena operasi microchip yang terselubung dan luar biasa memiliki kehalusan yang tersembunyi, kami akan melihat kekuatan ini sebagai milik dunia perempuan. Lebih jauh, jika kita melihat perangkat sebagai penemuan kembali alam, akan menjadi lebih menonjol bahwa dibutuhkan beberapa otoritas untuk memahaminya; operator yang kuat untuk menjinakkannya.